Pokok-pokok pikiran PPh yang baru disahkan oleh DPR, Selasa (2/9/2008)

Berikut pokok-pokok pikiran dalam UU Pajak Penghasilan (PPh) yang baru disahkan oleh DPR, di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (2/9/2008) : 

Penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh)
Penurunan tarif PPh dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tarif PPh yang berlaku di negara-negara tetangga yang relatif lebih rendah, meningkatkan daya saing di dalam negeri, mengurangi beban pajak dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (WP).

  1. Bagi WP orang pribadi, tarif PPh tertinggi diturunkan dari 35% menjadi 30% dan menyederhanakan lapisan tarif dari 5 lapisan menjadi 4 lapisan, namun memperluas masing-masing lapisan penghasilan kena pajak (income bracket), yaitu lapisan tertinggi dari sebesar Rp 200 juta menjadi Rp 500 juta.
  2. Bagi WP badan, tarif PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan, yaitu 10%, 15% dan 30% menjadi tarif tunggal 28% di tahun 2009 dan 25% tahun 2010.
    Penerapan tarif tunggal dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan prinsip kesederhanaan dan international best practice. Selain itu, bagi WP badan yang telah go public diberikan pengurangan tarif 5% dari tarif normal dengan kriteria paling sedikit 40% saham dimiliki oleh masyarakat. Insentif tersebut diharapkan dapat mendorong lebih banyak perusahaan yang masuk bursa sehingga akan meningkatkan good corporate governance dan mendorong pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan bagi perusahaan.
  3. Bagi WP UMKM yang berbentuk badan diberikan insentif pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal yang berlaku terhadap bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 miliar. Pemberian insentif tersebut dimaksudkan untuk mendorong berkembangnya UMKM yang pada kenyataannya memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian di Indonesia. Pemberian insentif juga diharapkan dapat mendorong kepatuhan WP yang bergerak di UMKM.
  4. Bagi WP orang pribadi Pengusaha Tertentu, besarnya angsuran PPh Pasal 25 diturunkan dari 2% menjadi 0,75% dari peredaran bruto. Penurunan tarif tersebut dimaksudkan untuk membantu likuiditas WP dengan pembayaran angsuran pajak yang lebih rendah serta memberikan kepastian dan kesederhanaan penghitungan PPh.
  5. Bagi WP pemberi jasa yang semula dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto menjadi 2% dari peredaran bruto. Perubahan tarif tersebut dimaksudkan untuk memberikan keseragaman pemotongan pajak yang sebelumnya ada yang didasarkan pada penghasilan bruto dan sebagian didasarkan pada penghasilan neto. Dengan metode ini, penerapan perpajakan diharapkan dapat lebih sederhana dan tarif relatif lebih rendah sehingga dapat meningkatkan kepatuhan WP.
  6. Bagi WP penerima dividen yang semula dikenai tarif PPh progresif dengan tarif tertinggi sampai dengan 35%, menjadi tarif final 10%. Penurunan tarif tersebut dimaksudkan untuk mendorong perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham, mendorong tumbuhnya investasi di Indonesia karena dikenakan tarif lebih rendah dan meningkatkan kepatuhan WP.

Fiskal Luar Negeri
Bagi WP yang telah mempunyai NPWP dibebaskan dari kewajiban pembayaran fiskal luar negeri sejak 2009, dan pemungutan fiskal luar negeri dihapus pada 2011. Pembayaran fiskal luar negeri adalah pembayaran pajak di muka bagi orang pribadi yang akan bepergian ke luar negeri. Kebijakan penghapusan kewajiban pembayaran fiskal luar negeri bagi WP yang memiliki NPWP dimaksudkan untuk mendorong WP memiliki NPWP sehingga memperluas basis pajak. Diharapkan pada 2011 semua masyarakat yang wajib memiliki NPWP telah memiliki NPWP sehingga kewajiban pembayaran fiskal luar negeri layak dihapuskan.

Perubahan PTKP
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk diri WP orang pribadi ditingkatkan sebesar 20% dari Rp 13,2 juta menjadi Rp 15,84 juta, sedangkan untuk tanggungan istri dan keluarga ditingkatkan sebesar 10% dari Rp 1,2 juta menjadi Rp 1,32 juta dengan paling banyak 3 tanggungan setiap keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan PTKP dengan perkembangan ekonomi dan moneter serta mengangkat pengaturannya dari peraturan Menteri Keuangan menjadi undang-undang.

Penerapan tarif pemotongan/pemungutan PPh yang lebih tinggi bagi WP yang tidak memiliki NPWP.

  1. Bagi WP penerima penghasilan yang dikenai pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak mempunyai NPWP dikenai pemotongan 20% lebih tinggi dari tarif normal.
  2. Bagi WP menerima penghasilan yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23 yang tidak mempunyai NPWP, dikenai pemotongan 100% lebih tinggi dari tarif normal.
  3. Bagi WP yang dikenai pemungutan PPh Pasal 22 yang tidak mempunyai NPWP dikenakan pemungutan 100% lebih tinggi dari tarif normal.
      

Perluasan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Dimaksudkan bahwa pemerintah memberikan fasilitas kepada masyarakat yang secara nyata ikut berpartisipasi dalam kepentingan sosial, dengan diperkenankannya biaya tersebut sebagai pengurang penghasilan bruto.

  1. Sumbangan dalam rangka penganggulangan bencana nasional dan infrastruktur sosial.
  2. Sumbangan dalam rangka fasilitas pendidikan, penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia.
  3. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga dan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia. 

Pengecualian dari objek PPh

  1. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh lembaga atau badan nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan yang ditanamkan kembali paling lama dalam jangka waktu 4 tahun tidak dikenai pajak.
  2. Beasiswa yang diterima atau diperoleh oleh penerima beasiswa tidak dikenai pajak.
  3. Bantuan atau santunan yang diterima dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak dikenai pajak.

Surplus Bank Indonesia ditegaskan sebagai objek pajak.
Aturan ini dimaksudkan untuk memberikan penegasan terhadap penafsiran yang berbeda tentang surplus BI. Menurut UU No.7 Tahun 1983 tentang PPh, pengertian penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian surplus BI adalah tambahan kemampuan ekonomis yang termasuk objek PPh yang diatur dalam UU PPh.

Jenis Perusahaan Pertambangan diatur pada aturan tersendiri.
Peraturan perpajakan untuk industri pertambangan minyak dan gas bumi, bidang usaha panas bumi, bidang usaha pertambangan umum termasuk batubara dan bidang usaha berbasis syariah, diatur tersendiri dengan Peraturan Pemerintah.

8 thoughts on “Pokok-pokok pikiran PPh yang baru disahkan oleh DPR, Selasa (2/9/2008)”

  1. saya koq bingung ya baca peraturan pajak. yang ingin saya tanyakan sekarang cuma peraturan pph 21 karyanwan untuk saat ini / ocktober 2008 dapt potongan brapa aja.Untuk Bujang and male dengan 3 tanggungan.Mohon [email protected]

  2. Tolong dijelasin, dari 3 poin yg dikenakan bg WP tdk memiliki NPWP.
    1. 20% lebih tinggi untuk PPh 21 itu maksudnya apa!?apakah 20% lebih tinggi dari tarif progresif misalnya pada lapisan pertama itu dikenai tarif 5% maka akan menjadi 25% dan begitu seterusnya 10% jadi 30%, 15% jadi 35% dst
    2. Maksud 100% lebih tinggi dari tarif normal untuk PPh 23.itu dikenai bagi Mandornya ato pemotong PPh nya ( yg menggunakan jasa Mandor atau Jasa jasa yg lain )
    Tolong Penjelasannya di kirim ke [email protected]
    Makasih sebelumnya…

  3. maaf saya mu tanya, emang sekarang ini ngurusin npwp n pembayaran pajak untuk karyawan suatu perusahaan msti ngurusin sendiri y? bukannya menjadi tanggungan perusahaan tsb? bukannya perusahaan yg memotong penghasilan untuk pembayaran pajak (pph pasal 21) dan bagaimana dgn pph pasal 25?
    masalahnya saya bekerja sebagai seorang dosen di institusi pendidikan swasta dan saya harus mengurusi npwp serta pembayaran spt tahunan sendiri…sebelumnya saya bekerja di perusahaan farmasi asal jerman sebagai tenaga percobaan dan pajak selalu dipotong dari gaji saya jadi apa yang harus saya lakukan?kok mu bayar pajak sebagai warga negara yg baik aja serepot ini sich??

  4. Perusahaan yang memotong PPh 21, tetapi karyawan tsb yang melaporkan SPT Tahunan pribadinya sendiri.

  5. Tarif PPh 21 lebih tinggi 20% maksudnya dari nilai PPh 21 terutang ditambahkan 20%.
    Misalkan selama ini dipotong PPh 21 100 rb, maka bagi yang tidak punya NPWP, dipotong 120 rb.

    PPh 23 lebih tinggi 100%, misalkan selama ini dipotong PPh 23 sebesar 4,5%, maka bagi yang tidak punya NPWP, akan dipotong 9%.

  6. Saya binggung kenapa sih tarif pajak berubah-rubah coz saya kul d jrsn akuntansi & klo saya dites kerja kan jadi binggung harus ngapalin lagi tarif pajak yang baru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *