Company Performance Measurement

Di dalam artikel “Perkenalan dengan Audit”, telah disebutkan definisi dari laporan keuangan. Informasi akuntansi terdapat di dalam laporan keuangan. Informasi tersebut diolah, dianalisis sehingga bisa didapatkan berbagai kesimpulan bagaimana performance perusahaan. Berbagai masalah (findings) atau “room for improvements” bisa ditemukan dan berbagai keputusan guna memperbaiki kekurangan bisa diambil. Perlu diketahui bahwa performance measurement yang akan dibahas di sini adalah untuk melihat kondisi perusahaan secara umum dan bukan untuk akun-akun tertentu.

Ada beberapa kriteria yang perlu diingat bilamana ingin melakukan performance measurement yang berguna dan memberikan nilai tambah:

  • Comparability and consistency: Bilamana kita ingin melakukan perbandingan antara performance perusahaan di tahun ini dan tahun lalu, kiranya kita melakukannya terhadap data yang memang bisa dibandingkan. Apples to apples. Misalkan: kita tidak bisa melakukan perbandingan bilamana di tahun ini kita mengakui revenue dengan approach yang berbeda. Tahun lalu revenue diakui berdasarkan jasa yang diberikan, dan tahun ini revenue diakui berdasarkan jasa yang telah ditagih (billed to clients). Perbedaan ini membuat revenue tahun lalu dan tahun ini tidak bisa dibandingkan dan dapat memberikan asumsi yang salah bagi pembaca laporan keuangan.
  • On time delivery: Kiranya informasi keuangan diberikan dalam kurun waktu yang wajar. Bilamana sudah jauh melewati batas waktu periode, maka data tersebut sudah kadaluarsa dan tidak bisa lagi digunakan sebagai dasar performance measurements.

Pengukuran finansial berbasis angka yang umumnya sudah dikenal adalah:

  • Analisis horizontal dan analisis vertikal: Ini pernah dibahas secara singkat di artikel “Analytical Procedures dalam Audit”.
  • Variance Analysis: Ini adalah analisis yang dilakukan terhadap angka yang diharapkan/diprediksi (baik dalam budget maupun forecast) terhadap angka yang tercatat di dalam buku. Variance analysis bisa dilakukan secara umum (misalkan per business unit) atau pun secara spesifik (misalkan per produk). Variance analysis tidak hanya dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang merupakan kegiatan utama operasional perusahaan. Namun ini perlu dilakukan juga untuk support departments.
  • Ratio Analysis: Secara umum, analisis rasio membandingkan akun-akun dalam laporan keuangan yang mana dapat memberikan informasi mengenai suatu bidang tertentu dalam perusahaan. Ini akan lebih mudah dimengerti bilamana kita melihat rasio-rasio secara langsung. Secara umum analisis rasio dapat diklasifikasikan menjadi:
    1. liquidity ratios
    2. leverage ratios
    3. activity ratios
    4. profitability ratios
    5. market test ratios

Karena artikel ini membahas mengenai performance perusahaan secara umum, maka yang akan dibahas adalah rasio yang relevan saja.

Pada saat perusahaan ingin melakukan pengukuran untuk performance perusahaannya, maka yang akan dibahas adalah Return on Equity (ROE, yang merupakan analisis DuPont dari tahun 1920). ROE termasuk dalam klasifikasi profitability ratios (point d) di atas. Rumusnya adalah sebagai berikut.

ROE = Profit Margin X Assets Turnover X Equity Multiplier
ROE = Net Income
__________
X Net Revenue
__________
X Total Assets
__________
Net Revenue Total Assets Total Equity
  • Profit margin menggambarkan seberapa banyak laba bersih terhadap total penghasilan.
  • Asset turnover menggambarkan seberapa efisienkah perusahaan menggunakan assets-nya sehingga dapat memberikan penghasilan kepada perusahaan. Misalkan hasil rasio ini adalah 2. Dengan demikian tiap USD 1 asset telah dipergunakan untuk menghasilan USD 2 penghasilan.
  • Equity Multiplier menggambarkan seberapa banyak hutang yang digunakan oleh perusahaan.

Berbasiskan penjabaran di atas, bilamana angka ROE naik, maka bisa dilihat apakah itu karena assets dan sales meningkat? Jika ya, maka ini merupakan tanda yang baik. Namun bilamana ROE naik karena perusahaan mengalami pengingkatan hutang, maka ini dapat merupakan early warning.

Selain quantitative measurements, performance juga bisa dilakukan untuk perihal yang bersifat kualitatif. Berikut adalah beberapa contoh:

  • Bilamana perusahaan mengimplementasikan konsep Just-In-Time manufacturing (mohon diberikan link), bagaimana dengan pengurangan terhadap waste?
  • Bilamana perusahaan mengimplementasikan Activity Based Costing (mohon diberikan link), apakah ada cost drivers yang perlu direvisi? Apakah terdeteksi aktivitas yang redundant atau tidak memberikan added value?
  • Apakah ada SOP yang perlu diperbaiki?
  • Apakah ada findings dari internal dan external audits yg perlu difollow up?
  • Apakah ada kasus hasil whistle blowing yang perlu diperbaiki?
  • Bagaimana struktur organisasi perusahaan? Apakah dalam bentuk piramida, piramida terbalik atau datar? Apakah perusahaan melakukan sentralisasi atau desentralisasi? Dan apakah konsep tersebut cocok?

Guna menilai performance perusahaan, hal kualitatif tidak bisa dihiraukan. Terutama bila menyangkut tenaga kerja. Karena tenaga kerja merupakan salah satu asset terpenting dalam perusahaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *