Revenue merupakan salah satu akun yang dikategorikan sebagai akun penting. Tolak ukur dari keberhasilan suatu perusahaan beranjak dari jumlah revenue. Namun perihal yang tidak kalah pentingnya adalah biaya. Berapakah biaya terkait dengan “jualan” Anda? Bukan merupakan bisnis yang baik jika kita menjual barang jualan dengan margin yang sangat tipis dan yang pada ujungnya menghasilkan Operating Income yang kecil atau bahkan merugi.
Costing merupakan perihal yang penting dan tidak mudah. Kita perlu mengetahui berapakah product cost untuk barang yang kita jual. Pertama kita perlu melihat dulu nature dari bisnis kita. Di artikel ini akan dibahas mengenai klasifikasi umum nature bisnis.
- Trading company: Jika bisnis kita merupakan trading company pada dasarnya kita membeli barang dari pihak A (vendor), kemudian menjualnya lagi ke pihak C (customer). Kita tidak memodifikasi barang yang kita beli secara fisik. Namun bisa saja kita menambahkan value lain, misalnya after sales service maintenance atau warranty. Product cost di sini tidaklah rumit, karena cost-nya sudah jelas yakni harga beli kita dari pihak A. Ini simpel dan straight forward. Yang harus dipastikan di sini adalah harga yang ditagihkan ke kita adalah sesuai quotation atau agreement yang mungkin telah ditentukan terlebih dahulu. Revenue yang diakui adalah sebesar harga yang kita jual ke klien kita (cost plus margin), dan cost yang kita akui adalah sebesar harga yang ditagihkan vendor/supplier kepada kita.
- Service company: Ini lebih kompleks dari trading company karena wujud pendapatan kita tidak terlihat secara fisik (intangible). Jasa yang diberikan itu sangat variatif. Di sini akan dibahas mengenai 2 contoh
- Jasa konsultasi keuangan: Di sini revenue kita adalah jasa konsultasi yang diberikan ke klien. Umumnya perhitungannya adalah jumlah jam konsultasi yang diberikan dikalikan dengan tarif per jamnya. Lalu apakah yang menjadi cost of revenue? Yang menjadi cost adalah gaji dari konsultan, out of pocket expenses (misalkan biaya taksi ke klien, biaya meeting dengan klien, dan lain lain). Cara simpel melihat skenario ini adalah, bilamana kita bisa menetapkan tarif per jam tiap konsultan, maka kita juga bisa melakukan kalkulasi cost per jam untuk tiap konsultan.
- Jasa shipping: Yang dianggap sebagai revenue adalah jasa penyampaian barang-barang klien sampai ke tujuan yang diinginkan, entah dalam negeri ataupun luar negri. Banyak jasa pengiriman barang tidak memiliki pesawat atau kapal sendiri. Mereka bekerja sama dengan airlines atau perkapalan dengan menyewa space atau container. Yang menjadi biaya terbesar adalah biaya kepada airlines atau perusahaan perkapalan (freight cost). Seperti halnya jasa konsultasi, pada jasa shipping tidak ada biaya alokasi mesin yang perlu dimasukkan ke dalam harga penjualan kita. Yang perlu ditambahkan sebagai biaya adalah jika kita menyediakan jasa penyimpanan barang atau pengambilan barang dari klien. Maka biaya sewa gudang dan pegawai penjaga gudang serta pengantar/penjemputan barang perlu diperhitungkan dalam penentuan harga jual.
- Manufacturing company: Sudah jelas dari namanya, bahwa dalam manufacturing company kita membuat produk yang akan dijualkan kepada pelanggan. Biasanya ini dimulai dari pembelian barang baku, pembuatan barang, penyimpanan barang di gudang dan pengiriman barang kepada pelanggan. Umumnya ada 3 unsur production cost di sini yakni direct material, direct labor dan overhead. Asumsikan bahwa bisnis kita adalah pembuatan baju. Maka contoh spesifik dari jenis production cost tadi adalah:
- Direct material: yakni pembelian kain dari perusahaan garment, pembelian benang, kertas pola, kancing dan sebagainya.
- Direct labor: yakni biaya pegawai-pegawai yang membuat pola, menggunting pola, menjahit baju dan sebagainya.
- Overhead: yakni penyusutan mesin jahit, biaya sewa pabrik, biaya listrik, dan sebagainya.
Ketiga hal di atas perlu diikutsertakan dalam kalkulasi production cost per unit. Yang menjadi rumit di sini adalah bagaimana mengalokasikan overhead ke barang produksi. Ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan activity based costing (ABC).
Yang dibahas di atas lebih mengarah kepada management accounting. Bagaimana pengaruh jenis bisnis kepada financial accounting dan angka yang tertera di laporan keuangan? Apapun nature bisnis kita, prinsip yang harus dilakukan adalah matching cost against revenue. Yang dimaksud disini adalah, jika kita menjual produk A di tahun 2016, maka biaya produk A pun harus diakui di tahun 2016. Jangan sampai diakui di tahun yang berbeda.
Selain itu, aka nada nama-nama akun yang hanya akan muncul di perusahaan yang memiliki bisnis tertentu. Contoh:
- Raw materials: Raw materials hanya ada di perusahaan manufaktur karena trading dan service companies tidak mengolah barang dasar.
- Work in progress: Sama seperti halnya raw materials, akun ini tidak ada pada trading dan service companies.
- Finished goods: Ini terdapat pada perusahaan trading dan manufaktur karena keduanya memilik stock barang yang siap untuk diperjualbelikan.
- Unbilled Revenue: Ini bisa terdapat pada service companies (asumsikan jasa konsultan) karena kita sudah memberikan jasa konsultasi kepada klien namun belum ditagihkan. Jasa belum ditagihkan karena (misalnya) menunggu proyek selesai. Keberlangsungan proyek dapat mencapai periode berbulan-bulan.
Seorang financial controller tidak bisa melakukan kalkulasi costing yang baik dengan sendirinya. Untuk melakukan perhitungan costing tentunya perlu ada kerja sama yang baik dengan berbagai pihak dalam perusahaan. Mulai dari bagian produksi, planning, product design dan juga upper management. Tentunya ketersediaan data/informasi dari masing-masing pihak sangat diperlukan, karena itulah menjadi bahan dasar penentuan atau perbaikan metode costing.