Sebelumnya pernah dibuatkan penulisan mengenai perkenalan dengan audit. Di tulisan tersebut dikemukakan secara garis besar siapa pengguna laporan audit, kenapa audit diperlukan dan prosedur audit yang dilakukan. Yang disampaikan di tulisan itu lebih mengarah kepada perkerjaan-pekerjaan yang dilakukan saat auditor tiba di kantor klien. Perlu diketahui bahwa pekerjaan audit telah dimulai jauh sebelum dilakukannya kunjungan ke kantor klien.
Secara garis besar, tahan-tahap audit bisa dikelompokkan menjadi 3 yakni, perencanaan, pelaksanaan dan penutupan. Di dalam tulisan ini akan dibahas secara singkat apa yang dilakukan dan tujuan dari masing-masing tahap.
- Perencanaan: Dalam tahap ini auditor akan melakukan perkenalan dengan perusahaan dan industri klien. Dengan memiliki pengetahuan akan background perihal itu, auditor bisa mendapatkan sense bagaimana mengaudit klien, apa yang berpotensi menjadi issue dalam pelaksanaan audit, berapa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit, penyusunan tim audit, penentuan fee audit, timeline audit dan sebagainya. Proses perencanaan dan pengenalan bisa dilakukan dengan meeting dengan klien, diskusi via telepon, melakukan riset mengenai industri, internal meeting dengan tim dan sebagainya. Perlu diketahui bahwa ini merupakan pertama kalinya auditor mengaudit klien, maka proses perencanaan dan perkenalan akan memakan waktu jauh lebih banyak.
Umumnya di tahap ini, klien akan diminta memberikan Trial Balance yang terkini. Ini akan dianalisis oleh auditor. Dari sini akan ditentukan akun-akun mana saja yang signifikan, yang berpotensi menjadi issue, dan prosedur audit apa yang akan dilakukan untuk masing-masing akun untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Tahap penting yang dilakukan di dalam tahap ini adalah penentuan materialitas. Secara sederhana materialitas dapat dijelaskan sebagai besarnya penyimpangan dalam informasi akuntansi, yang mana dalam kondisi tertentu bisa membuat si pengguna laporan keuangan mengubah atau mempengaruhi pendapatnya jika penyimpangan tersebut diketahuinya. Tidak ada rumus yang pasti untuk menghitung materialitas. Bisa dikatakan tiap auditor mempunyai rumus dan faktor-faktor sendiri yang menurutnya dapat menghasilkan materialitas. Materialitas tidak akan pernah di-share dengan klien.Prosedur-prosedur audit pun sudah ditentukan di tahap ini. Akun-akun apa saja akan diuji internal control-nya, berapa jumlah samples yang akan diminta, prosedur audit substantif apa yang dilakukan telah ditentukan. Contohnya adalah untuk akun piutang usaha (accounts receivable). Dalam tahap perencanaan, prosedur auditnya adalah:
- Pengecekan control: Mendapatkan pemahaman mengenai arus pendapatan, pencatatan pendapatan dan piutang dalam buku, kemudian mengujinya dengan pengambilan samples (misalnya 30 transaksi).
- Pengirimian konfirmasi audit ke top 15 customers klien dan meminta rekonsiliasi bilamana hasil konfirmasi tidak sesuai dengan angka per buku.
- Menganalisis piutang-piutang yang sudah jatuh tempo namun belum terbayarkan. Melalui pengumpulan informasi dan bukti-bukti, bisa dianalisis apakh cadangan piutang sudah cukup dan apakah perlu yang dihapuskan (write-off) dari buku.
Semua yang dilakukan di dalam tahap ini harus didokumentasikan secara komprehensif. Tiap kantor akuntan memiliki format dokumentasi yang unik dan dapat memenuhi kebutuhan masing-masing.
- Pelaksanaan: Di tahap ini, auditor akan mengumpulkan informasi dan bukti-bukti yang kuat untuk melakukan prosedur audit. Pengumpulan informasi bisa dilakukan melalui diskusi dengan klien, pengumpulan dan pengecekan data hardcopy dan softcopy dari klien dan sebagainya. Bilamana terdapat finding yang membutuhkan koreksi dalam buku, maka perlu didiskusikan dengan klien.
- Penutupan: Di tahap ini semua koreksi sebagaimana disebutkan di poin 2, dikumpulkan dan didapatkanlah Trial Balance per audit. Ini yang menjadi basis perhitungan koreksi-koreksi fiskal dan perhitungan Pajak Penghasilan Badan. Berdasarkan angka-angka ini akan disusun laporan keuangan dan opini audit. Terkadang auditor juga memberikan laporan mengenai finding-finding (misalkan mengenai design internal control yang kurang baik) dan memberikan rekomendasi kepada klien bagaimana memperbaikinya.
Demikian garis besar dari pelaksanaan audit. Perlu diketahui bahwa dokumentasi dan jasa yang diberikan oleh akuntan publik yang satu dengan yang lainnya belum tentu sama. Misalkan, ada audit engagement di mana perhitungan Pajak Penghasilan Badan dilakukan oleh perusahaan sendiri dan auditor hanya memberikan review. Semua itu kiranya ditentukan di tahap perencanaan agar scope audit jelas dan sesuai dengan yang diharapkan.